Ziarah Kemestaan di Karangkajen
Oleh: AJI DENI
Pada suatu pagi yang cerah, langkah kaki membawa saya menuju Taman Makam Pahlawan Karangkajen di Yogyakarta. Di antara pepohonan yang merintih pelan, terbaringlah pahlawan-pahlawan besar yang telah menorehkan sejarah gemilang bagi bangsa. Mereka adalah cahaya yang tak pernah pudar, menembus awan kelam zaman, membawa harapan bagi yang lelah dan putus asa. Di sini, di bumi yang dihiasi dengan bebatuan putih bersih, saya menemukan makam KH Ahmad Dahlan, pendiri dan pemimpin yang teguh dalam membangun peradaban. Muhammadiyah, organisasi yang beliau dirikan pada 18 November 1912, telah menjadi pilar kekuatan dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan.
Muhammadiyah hadir di tengah-tengah pergumulan ideologi kolonialisme yang mencengkeram negeri ini, membawa sinar harapan dan perubahan. Ketika kejumunduran dan keterbelakangan menyelimuti umat Islam, KH Ahmad Dahlan dengan gigih memperjuangkan pendidikan dan pencerahan. Di tengah hegemoni penjajah yang menindas, beliau mengajarkan bahwa Islam bukanlah agama yang statis, tetapi dinamis dan relevan sepanjang zaman. Muhammadiyah berdiri sebagai pembebas dari belenggu kebodohan, menghidupkan semangat kemajuan di tengah-tengah masyarakat yang tertindas.
Di depan makam beliau, terdapat makam Jasman Al Kindi, sang pelopor dan pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada 14 Maret 1964. IMM, sebagai anak kandung Muhammadiyah, merupakan pendobrak gerakan berkemajuan yang memelihara api semangat perjuangan Muhammadiyah. Tidak jauh dari sana, terdapat pula makam KH AR Fachrudin, sang pemimpin bijak yang memandu langkah umat Islam dan warga Muhammadiyah. Ke sisi kiri, dari beberapa deretan makam, saya menemukan makam Prof. Lafran Pane, tokoh Muhammadiyah, juga pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan pada 5 Februari 1947. HMI telah menyatukan jiwa-jiwa dalam perjuangan menegakkan keislaman dan keindonesiaan melawan ketidakadilan.
Di tengah keheningan ini, di bawah langit yang membisu, tidak terdengar suara gemerisik dupa atau kemenyan. Namun, aroma kesucian menyelimuti udara, mengingatkan kita akan ketulusan hati para pahlawan yang merangkul segala keikhlasan dan ketulusan. Mereka adalah sosok-sosok yang tak pernah memandang nama atau gelar, tetapi hanya memandang keadilan dan cinta yang murni. Angin pagi yang lembut membawa bisikan-bisikan kisah perjuangan pahlawan. Di antara desir angin, terdengar suara-suara harapan yang tak terpadamkan, merayap di sudut-sudut hati kita yang terdalam. Suara-suara itu mengisahkan tentang kekuatan besar yang muncul dari jiwa-jiwa yang penuh kebesaran, tentang keteguhan dalam menghadapi gelombang cobaan yang tak berkesudahan, dan tentang harapan besar yang terukir abadi di angkasa.
Saat mata saya memandang makam-makam yang tertata rapi, hati saya tergetar oleh pengorbanan tak terhingga yang telah dilakukan. Mereka, dengan segala kekuatan dan kelemahan, dengan segala kemenangan dan kegagalan, rela mengorbankan segalanya berupa waktu, tenaga, bahkan nyawa untuk memastikan bahwa kita, generasi penerus dapat menghirup udara kebebasan dan merasakan sinar kemajuan.
Taman Makam Pahlawan Karangkajen Yogyakarta, bukanlah sekadar tempat peristirahatan terakhir, melainkan suatu peringatan akan keberanian, pengorbanan dan harapan yang abadi. Di sini, di bawah langit yang memeluk dengan lembutnya, kita diajak untuk merenung dan merasakan kekuatan besar dari jiwa-jiwa yang telah pergi. Warisan yang mereka tinggalkan adalah panggilan suci bagi kita semua, panggilan untuk melanjutkan perjuangan mereka dengan cinta yang tulus dan dedikasi yang tak pernah pudar.
Muhammadiyah tidak hanya sekadar organisasi, tetapi juga simbol kebangkitan dan pencerahan umat. Di tengah kegelapan penjajahan, Muhammadiyah membawa obor kemerdekaan, mengajarkan bahwa kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan jiwa dan pikiran. KH Ahmad Dahlan dan para pejuang Muhammadiyah lainnya berjuang untuk membebaskan umat dari belenggu keterbelakangan, membawa cahaya ilmu pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang Islam yang progresif dan inklusif. Mereka mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang memanusiakan manusia, yang mendorong setiap individu untuk menjadi versi terbaik dari dirinya, berkontribusi untuk kebaikan bersama.
Sebagai sebuah cahaya dalam kegelapan, Muhammadiyah telah menyinari langkah-langkah kita dalam perjalanan menuju keadilan, kesetaraan dan kemanusiaan. Melalui jaringan pendidikan dan pelayanan sosialnya, Muhammadiyah telah membawa sinar kemajuan yang menghangatkan hati jutaan orang di seluruh negeri. Dengan semangat keislaman yang menyala-nyala, Muhammadiyah telah menjadi pilar kekuatan dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan. Dalam keheningan taman makam pahlawan, kita merenung akan peranan yang mulia yang dimainkan oleh Muhammadiyah dalam membawa kedamaian dan kemajuan bagi agama, bangsa dan negara kita.
Tinggalkan Balasan