Perpusnas RI dan Disarpus Malut Dorong Potensi Para Penulis Lokal
TERNATE-pl.com, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) bekerjasama dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Maluku Utara (Disarpus Malut), mendorong para penulis untuk menggali berbagai potensi kearifan lokal setiap daerah untuk dipublikasikan melalui tulisan dan buku.
“Kegiatan gerakan Indonesia membaca dengan tema “Membaca itu Sehat, Menulis itu Hebat” ini merupakan program Perpusnas RI melalui Duta Baca Indonesia, berkolaborasi dengan Disarpus Malut. Jadi kolaborasinya sharing anggaran Provinsi dan Perpusnas,”demikian, Kepala Disarpus Malut Muliadi Tutupoho kepada media ini, Minggu (15/7/2024) malam.
Dari 19 Provinsi yang disasar program tersebut, kata Muliadi, hanya Maluku Utara yang mendapat dua kali kegiatan literasi kearifan lokal. Provinsi lain hanya satu kali. “Kita mulai tanggal 11 Juli kemarin, dan Agustus bulan depan,”ungkapnya.
Pada 11 Juli itu, bincang literasi kearifan lokal dipandu langsung oleh Duta Baca Indonesia, Gol A Gong. Narasumber Hj Masni BSA (Ketua Pokja 1 PKK Provinsi Maluku Utara), Putri Ilza Az Zahra (Duta Baca Maluku Utara), Mashur Abdullah Tomagola (Ketua PW Forum TBM Maluku Utara), dan Helim Hi Yusuf (Peneliti dan Penulis dari Universita Terbuka dan FosHal Maluku Utara).
“Mereka membicarakan literasi, permasalahan dan apa yang harus dilakukan terkait dengan bagaimana membaca, menulis, dan bagaimana bisa menghasilkan karya-karya bernafas atau bermuatan lokal,”kata dia.
Peserta yang diundang terdiri dari pelajar SMA, kepala sekolah, guru, mahasiswa, pegiat literasi, pustakawan, dosen, dan mereka yang punya bakat menulis. Bahkan ada 20 penulis terpilih yang sudah menulis kearifan lokal, yang akan dipublikasikan, dan ditindaklanjuti setelah kegiatan. “Jumlah yang hadir langsung 200 orang lebih, dan yang mengikuti secara live 1000 orang lebih,”jelasnya.
Dikatakan, karya-karya kearifan lokal para penulis itu akan dibuat dalam sebuah buku untuk diterbitkan Perpusnas, sehingga Maluku Utara punya karya kearifan lokal sendiri.
“Selama ini kan kita hanya sekadar lomba menulis, tetapi tindaklanjutnya tidak ada,”tandasnya. “Sekarang kita pingin berkarya melalui tulisan-tulisan yang bearoma kearifan lokal, nanti dipublikasikan, dijadikan buku.”
Pada prinsipnya, lanjut Muliadi, kita menggali potensi-potensi setiap daerah yang ingin ditampilkan secara nasional. Sehingga kita tidak lagi menulis di tataran konsep, tapi hasil-hasil karya kearifan lokal itulah kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan.
“Ini sebenarnya menyemangati potensi yang berbakat menulis, mendorong untuk banyak menulis. Menyemangati para penulis ini untuk berkarya dengan hasil-hasil karya kondisi kearifan lokal masing-masing daerah. Itu tujuan utamanya,”jelasnya.
Dengan kegiatan tersebut, target ke depan melahirkan lebih banyak penulis-penulis muda Maluku Utara. “Kita berharap semua tingkatan usia mulai dari siswa, mahasiwa, dan masyarakat umum dapat mendorong kapasita dirinya berkarya melalui tulisan-tulisan yang mengangkat kondisi kearifan lokal, dipublikasikan secara nasional, dan itu bisa bermanfaat bagi masyarakat,”harapnya.
Dia berpendapat, prinsip program Perpusnas ini ada titik temunya dengan program perpustakaan berbasis inklusi sosial dari Perpusnas itu sendiri.
”Hasil-hasil inklusi sosial di setiap daerah itu harus dituangkan dalam bentuk tulisan. Jadi ada titik temunya program ini dengan ditindaklanjuti melalui tulisan sehingga bisa dibaca oleh semua lapisan masyarakat. (Red)
Tinggalkan Balasan