Rahmat Abd Fatah Gelar FGD “Makna Relasi Agama, Budaya dan Alam pada Kearifan Fere Kie dan Kololi Kie”

M Irsyad PojokLima

TERNATE-pl.com, Lolos Hibah Penelitian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Dr. Rahmat Abd Fatah gelar FGD bertema “Makna Relasi Agama, Budaya dan Alam pada kearifan Fere Kie dan Kololi Kie”.

FGD berlangsung di ruang sidang Dekan Fisip Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU). Turut hadir Gunawan Radjim sebagai perangkat adat Kesultanan, Dr. Aji Deni, M.Si. Dr. Andi Thamrin, M.Si. Dr. Muhammad Jani. Dr. Herman Usman, S.Sos, M.Si. Sahrony A. Hirto, S.Sos, M.PA. Suyatno Kahar, S.Sos, M.Si. Rasid Pora, S.IP,M.IP. dan Susiowaty, S.IP,MA.

Tujuan FGD ini menurut Rahmat Abd Fatah, untuk mengumpulkan data, khususnya terkait informan penelitian yang memiliki kepakaran di bidang sosiologi budaya, sosiologi Agama, pemerintahan lokal, budaya politik, komunikasi lintas budaya, kebijakan publik dan psikologi, Sabtu (27/7).

Gunawan Radjim (Jo Hukum Sosiao Kesultanan Ternate) mengucapkan terima kasih telah mengangkat tema budaya dan tradisi Ternate pada riset tersebut. “Ini akan berdampak positif pada pengetahuan dan kesadaran masyarakat adat dan masyarakat umum bahwa tradisi apapun jika dilakukan tidak sekedar seremonial akan menguatkan kesadaran, eksistensi dan kebermanfaatan untuk Kota Ternate dalam jangka panjang.” Ujarnya.

Sementara, Tradisi Fere kie dan kololi Kie memiliki nilai kesakralan agama dan budaya yang Kental, menurut Rahmat, sebagaimana secara umum diritualkan oleh masyarakat etnis Ternate, sekaligus diasumsikan memiliki nilai kosmologis yang kuat dengan alam sekitar.

Pemaknaan alam hanyalah tempat tinggal dan latar belakang manusia membangun impian-impian kemanusiaannya dapat menyisakan berbagai problem mendasar, diantaranya perilaku pengrusakan lingkungan baik pada skala yang kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan sampai pada proses pengrusakan lingkungan dalam skala yang besar seperti penebangan dan pengrusakan alam untuk kepentingan kuasa manusia.

Ternate yang semakin terdesak oleh kepadatan penduduk serta keberadaan gunung api aktif memerlukan suatu rekayasa struktural dan kultural. Aspek kultural seperti kearifan Fere Kie dan Kololi Kie serta aspek struktural seperti kebijakan dan anggaran seharusnya berada dalam konteks dualitas(Saling bersinergi) bukan dualisme (masing-masing mempertahankan eksistensinya).

“Rekayasa struktural dan kultural sangat penting untuk menghadirkan makna-makna yang terserak diantara keyakinan dan kesakralan warga terhadap agama dan budaya yang diharapkan terkonstruk kesadaran untuk menciptakan harmoni antara agama, budaya dan lingkungan.” Ungkap Rahmat

Smentara, Riset ini akan diterbitkan pada jurnal sinta 2 dan dibuatkan buku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini