Road Map Gagasan Humanis Taufik Majid

M Irsyad PojokLima
Foto Muhammad Iksan Lutfie

Muhammad Iksan Lutfie
(Ketua Jarkom Khatulistiwa Maluku Utara)

Dinamika politik akan memainkan senandung irama politiknya dengan alunan melodi mengatasnamakan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Politik tentu diperagakan bukan secara individu, melainkan kelompok yang punya kemampuan menciptakan suasana batin para penonoton.

Suka, duka bahkan cita menjadi ekspresi yang tidak terelakkan lagi ketika judul politik itu dibunyikan di atas panggung, baik secara terbuka dan langsung ataukah lewat beranda website, media sosial maupun media online. Namun, semua kesadaran politik semata-mata untuk menumbuhkan gagasan humanis dalam sanubari rakyat.

Humanis harus terus berdenyut dalam setiap nadi para politisi agar ruang kontestasi politik terisi dengan kepekaan sosial yang kuat. Mengapa begitu, agar teks-teks politik tidak jauh dari konteks. Justru dari sinilah kualitas demokrasi itu akan terasa.

Demokrasi pada dasarnya memiliki prinsip kesetaraan nilai, martabat, dan hak setiap individu sebagai cara yang humanis dalam menyelenggarakan percakapan dan perdebatan tersebut. Jika demokrasi dimaknai bukan sekedar hanya pada konteks politik bahkan lebih dari itu, pastinya keadilan sosial sebagai output dari ajang berlangsunya pesta rakyat harus mendapat outcome yang maksimal.

Dalam konteks politik bisa belajar dari Amerika Latin bagaimana sebagian besar teolog pembebasan mempunyai daya inspirasi kuat tentang pemikiran politik berbasis perubahan sosial. Salah satu di antaranya Ruben Alves dalam buku A Theology of Hope yang mengumandangkan humanisme politis. Ia percaya bahwa humanisme secara politis akan mampu menciptakan hari esok yang baik dan masa depan lebih cerah bisa digapai.

Bahkan, upaya mewujudkan hari esok yang lebih baik sudah bisa dimulai dari sekarang ini. Rumusan humanisme politik tidak pernah mengenal yang namanya pesimisme tentang masa depan terkait entitas politi. Sebab, inhuman bukanlah bab akhir dalam perjalanan politik. Faktor lahirnya humanisme politik ini dipengaruhi kuat oleh struktur opresif yang menyebabkan hidup manusia menjadi tidak manusiawi serta dilanda sengsara dan kepedihan.

Bercermin dari humanisme politik yang dibicarakan Ruben, sepertinya semangat humanisme politik itu ada juga pada optimisme salah satu figur gubernur yang kompeten. Sejauh ini tercatat dalam lembaran negara serta ingatan rakyat sebagai Sekertaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) lelaki ini sering dipanggil oleh masyarakat sebagai Taufik Madjid.

Humanisme politik yang dibawa olehnya tentu bukan atas dasar situasi konkrit masyarakat yang ada di Amerika Latin, namun nafas sesungguhnya lahir atas dasar kultur masyarakat kita. Sebab, beliau menyadari benar humanisme politik Indonesia secara teritorial tidaklah sama dengan Amerika, Eopa dan Afrika. Begitu juga secara pemikiran bukanlah Sartre (Prancis), dan Ruben Alves.

Namun humanisme politik kita ialah berdiri di atas kaki sendiri dengan berdaulat dalam politik. Hal inilah yang membuat Taufik Madjid, mencoba mengakselerasi kemampuan komunikasi politik dirinya untuk memulai membangun masyarakat kita secara humanis dari desa di Indonesia dan khususnya Provinsi Maluku Utara.

Kesadaran pemikiran humanisme politik ini terlihat ketika dalam satu waktu ia pernah berucap “Kepemimpinan bukan perkara jabatan, tapi soal menjawab persoalan, seraya menebarkan harapan.” Optimisme seperti inilah menciptakan kepercayaan tinggi bahwa hari esok akan lebih baik dengan harapan yang dilakukan berdasarkan road map yakni; perioritas pelayanan publik dari pemerintah sampai masyarakat yang baik, berkualitas dan memiliki daya saing tinggi, baik pada aspek Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA).

Pemerintah yang bebas dari korupsi dan fokus melayani rakyat, pendidikan berkualitas serta kesehatan unggul terjangkau, gratis, berkualitas untuk semua. Ditambah lagi infrastruktur maju dan sembako terrjamin merata, berkelanjutan dan harga terjangkau. Ini bagian dari upaya humanisme politik Taufik Madjid, untuk menciptakan tatanan sosial Maluku Utara yang lebih pada Intelligent People of North Maluku Utara. Semoga*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini