Milad 113 Muhammadiyah di Galela; Ruang Tafakur, Evaluasi Diri dan Konsolidasi Gerakan

Makbul A.H Din.

Milad Muhammadiyah bukan sekadar momentum peringatan lahirnya sebuah organisasi, tetapi menjadi ruang tafakur, evaluasi diri, dan konsolidasi gerakan menghadapi tantangan Indonesia kontemporer. Di usia lebih dari satu abad, Muhammadiyah tetap menjadi salah satu kekuatan civil society terbesar yang menebarkan dakwah pencerahan (tanwir).

Rumus bertahannya Muhammadiyah sejak 1912 hingga kini, satu di antaranya karena Muhammadiah tidak alergi kritik. Berbagai saran, kritik dan masuk terhadap Muhammadiyah yang datang dari berbagai elemen Masyarakat dijadikan sebagai masukan konstruktif guna memperbaiki gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar sampai pada era kontemporer Indonesia sekarang ini.

Muhammadiyah pada era sekarang ditandai oleh kondisi yang berubah cepat dan kompleks. Ada sejumlah tantangan besar yang menuntut respons gerakan Islam modern seperti Muhammadiyah. Beberapa kondisi realitas bangsa yang menuntut Muhammadiyah terus berubah menghadapi realitas terseut, misalnya;

Pertama, adanya Disrupsi Teknologi dan Digitalisasi dengan munculnya hoaks keagamaan, polarisasi media sosial, dan radikalisasi digital. Termasuk Pergeseran pola belajar, bekerja, dan berorganisasi. Amal usaha Muhammadiyah semacam, sekolah dan kampus, dituntut untuk adaptif, inovatif, dan berorientasi mutu. Refleksinya Muhammadiyah perlu menguatkan literasi digital, etika bermedia, dakwah kreatif, dan pemanfaatan teknologi untuk layanan umat.

Kedua, munculnya krisis Moral, Etika Sosial, dan Korupsi yang melanda Indonesia, termasuk dekadensi moral remaja, pudarnya keteladanan elite, budaya hedonistik dan konsumtif. Dalam kondisi ini tentu gerakan Islam berkemajuan Muhammadiyah harus
menghadirkan dakwah akhlak yang substantif melalui pendidikan, keteladanan pemimpin, serta penguatan keluarga sebagai benteng moral.

Ketiga, Ketidaksetaraan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial, dimana Indonesia masih berhadapan dengan ketimpangan pusat daerah, kemiskinan struktural, eksploitasi alam yang merusak, serta urbanisasi dan pengangguran terselubung. Dengan jaringan amal usaha, Muhammadiyah wajib melahirkan gerakan pemberdayaan ekonomi umat, inovasi kewirausahaan, dan penguatan wakaf produktif. Dan selama ini
Muhammadiyah telah melakukannya dengan berbagai gerakan permberdayaan ekonomi tersebut, mengaktifkan UMKM Muhammadiyah termasuk memberikan pemberdayaan pada masyarakat kecil. Ambil contoh Muhammadiyah memberikan gerobak jualan bagi masyarakat di Yogyakart, juga becak morot untuk kepentingan masyarakat dalam mendorong ekonomi mereka.

Keempat, Pluralitas dan Tantangan Kebinekaan. Di tengah pluralitas suku, agama, dan budaya, muncul isu intoleransi, politik identitas, konflik antar kelompok, komodifikasi agama dalam politik praktis. Sebagai pelopor Islam wasathiyah, Muhammadiyah terus memperkuat peran MUI, Forum Kerukunan, lembaga dakwah, dan PTMA sebagai penjaga harmoni dan perekat bangsa. Muhammadiyah sudah membuktikan tanpa kata-kata lebih banyak tindakannya. Muhammadiyah dalam dakwahnya terus merangkul bukan memukul, membina bukan membinasakan, sehingga Muhammadiyah menjadi ormas yang diterima berbagai kalangan termasuk pada kalangan non-muslim seperti di NTT dan Papua.

Bagaimana Peran Historis Muhammadiyah. Refleksi ke belekang sebagai sebuah nostalgia, dimana sejak 1912, KH. Ahmad Dahlan menancapkan fondasi gerakan modern dengan focus pada sekolah modern dengan kurikulum integratif, rumah sakit dan layanan sosial, pemberantasan buta huruf dan kemiskinan, pemurnian ajaran Islam dan perlawanan terhadap feodalisme. Warisan pemikiran tajdid ini relevan sebagai inspirasi untuk menghadapi tantangan kontemporer. Tak bisa dipungkiri sekarang ini Muhammadiyah merealisasikan beberapa pilar utama tersebut di atas dengan ratusan PTM, ribuah Rumah sakit dan klinik Kesehatan, panti asukan, sekolah dan pondok pesantren serta aktivitas sosial keagamaan lainnya yang terus meningkat. Tak heran jika sampai tahun 2025 Muhammadiyah dinobatkan Ormas Islam terkaya keempat dunia. Sebuah prestasi yang tidak bisa dianggap remah. Hal ini membuktikan bahwa sampai sekarang Muhammadiyah tetap eksis dan relevan.

Sering orang bertanya dalam konteks analisis kritis, mengapa Muhammadiyah tetap Relevan? Dengan prinsip Islam Berkemajuan sebagai sebuah gagasan konstruksi oleh Muhammadiyah ingin menunjukkan bahwa konsep Islam Berkemajuan menawarkan rasionalitas, kemurnian akidah, penghargaan pada ilmu, penerimaan pada perubahan
sosial, serta komitmen kemanusiaan universal. Ini menjadikan Muhammadiyah lebih siap menghadapi disrupsi global dibanding gerakan yang eksklusif atau antimodernitas.

Sebagai Civil Society yang Independens, Muhammadiyah bukan partai politik dan tidak tunduk pada kepentingan kekuasaan tertentu. Keberpihakan organisasi diarahkan pada umat, pelayanan publik, dan kemaslahatan nasional. Dalam konteks kontemporer, posisi ini penting untuk menjaga stabilitas demokrasi.

Tentu Muhammadiyah tidak lepas dari tantangannya, misalnya amal usaha didorong terus sehingga bisa naik kelas menuju tata kelola profesional, digitalisasi layanan, mutu unggul, orientasi pada riset dan inovasi. Agenda Muhammadiyah ke Depan sebagai wujud tawaran pemikiran, terutama dalam momentum Milad, ada beberapa agenda strategis yaitu Penguatan Sistem Mutu dan Tata Kelola AUM/PTMA, pengembangan Dakwah Kultural dan Kawasan 3T, terutama fokus pada masyarakat peripheral, pesisir, kepulauan, dan pedalaman yang sering tertinggal. Tak kalah pentingnya era sekarang ini, Muhammadiyah terus memperkuat penguasan Sains, Teknologi, dan Ekologi, dengan menguatkan riset sains, inovasi teknologi, kepedulian lingkungan,
ekonomi hijau.

Pada aspek Pemuda dan Regenerasi Kepemimpinan di Muhammadiyah, perlu melibatkan mahasiswa, pelajar, dan generasi Z dalam dakwah digital dan gerakan pemberdayaan kreatif. Dengan ini maka Spirit Milad untuk Indonesia Berkemajuan, dimana Milad Muhammadiyah adalah momentum untuk memperbaharui komitmen dakwah, memperkuat gerakan pencerahan, membangun Indonesia yang berkeadaban,memperjuangkan keadilan sosial, mengokohkan akhlak dan kemajuan ilmu. Dengan spirit “fastabiqul khairat”, Muhammadiyah harus tetap menjadi sumber mata air kebaikan yang menyejukkan umat dan bangsa, sekaligus pilar peradaban Islam berkemajuan di Indonesia.

Bagaimana dengan Muhammadiyah Maluku Utara. Tentu aktor-aktor Muhammadiyah Malut juga tak kalah hebohnya dengan mendorong amal usaha, memperbaiki kualitas kader, serta mendorong berbagai aspek misalnya dakwah kultural dimana PWM setiap saat pada berbagai momentum melakukan safari dakwah guna memperkuat aqidah dan iman saudara-saudara sesama orang Islam.

Milad ke 113 yang berpusat di Kecamatan Galela tidak salah dan justru sangat strategis. Salah satunya merefleksikan masuknya Muhammadiyah pertama Maluku Utara di Kecamatan Galela. Orang Galela tidak asing lagi dengan kata
“Muhammadiyah” karena tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Muhammal Amal menjadi tokoh gerakan dakwah dan pembaharuan pemikiran Islam di Galela. Milad ke 113 merefleksikan peran orang Galela terhadap Muhammadiyah. Beberapa tahun sebelumnya dimotori oleh Muhammad Roke Saway (Almarhum) membuat kegiatan perkampungan Pemuda Muhammadiyah di Desa Igobula dan respon masyarakat dan Pemuda luar biasa. Hal ini menandakan bahwa Muhammadiyah telah menjadi familiar bagi masyarakat Galela. Milad ke 113 di Galela juga direspon positif oleh
ummat di Galela, mereka siap menyuguhkan makanan dan minum bagi tamu undangan yang memeriahkan milad tersebut.

Tentu Milad tidak hanya acara serimonial, melainkan refleksi gerakan persyarikatan
sebagai pengayom, Pembina dan pendidik umat Islam di Galela dan Maluku Utara. Karena gerakan Muhammadiyah semuanya ditujukan pada pemberdayaan masyarakat terutama aspek pendidikan, panti sosial, rumah sakit dan pembinaan
ummat dari konteks sosial keagamaan. Semoga Milad merefleksikan gerakan
Muhammadiyah yang lebih baik, inklusif, modern, dengan gerakan pengurus dan simpatisan yang Ikhlas, berbuat untuk pencerahan dan pencerdasan Masyarakat lewat konsep Islam berkemajuan. Semoga bermanfaat.