Pesona Buruk Sungai dan Pantai Buli Akibat Pertambangan
MABA- pojoklima.com, Sebuah unggahan di media sosial Facebook menggugah kesadaran publik terhadap kondisi lingkungan sungai Kukuba Buli Asal dan pesiri pantai di Kecamatan Maba Halmahera Timur.
Hal itu terekam jelas perbedaan mencolok antara kejernihan dan kekeruhan air. kondisi tersebut diduga akibat dari aktivitas pertambangan di daerah sekitar kecamatan Maba.
Dalam unggahan Facebook Alam Mahira Sabtu (9/8), terlihat sungai dan pesisir pantai, Air berwarna kecokelatan bercampur lumpur, memperlihatkan dampak nyata yang dialami lingkungan sekitar.
Dalam ungahannya, menyampaikan kekhawatiran terhadap dampak jangka panjang pertambangan terhadap masyarakat.
“Kalau misalnya Wato-wato dong bongkar masyarakat pe (punya) nasib akan bagimana? Bagus pe ngoni (kalian) yang punya jabatan di pemerintahan bisa keluar kota, kasiang tong (kami) masyarakat yang harapan basar di luas tanah menjadi jaminan hidup yang terus-menerus berlanjut,” tulisnya.
Merujuk pada kenyataan bahwa meskipun tambang membuka lapangan pekerjaan, banyak warga kehilangan sumber penghidupan seperti hasil tangkapan ikan dan pertanian.
Foto yang diunggah Alam Mahira itu menampilkan Kali Kukuba Buli Asal dan pesisir pantai Teluk Buli yang disulap sehingga berubah warna, gambar ini menjadi simbol dari krisis ekologis yang kian nyata dan perlu segera ditanggapi.
Fenomena ini membuka kembali diskusi tentang lemahnya pengawasan lingkungan di daerah yang kaya akan sumber daya mineral, namun rentan terhadap kerusakan, para pegiat lingkungan menilai situasi ini sebagai peringatan keras atas minimnya tanggung jawab korporasi terhadap dampak ekologis.
Menutup narasinya dengan sendirin dan beberapa pertanyaan “HARUS TONG JUJUR LIA HALMAHERA TIMUR.”
“Tong (kita) manusia lihat lingkungan model ini kong sio tara bisa duduk bafikir la sadari itu, ngoni manusia macam apa? Ngoni anggap ini lelucon? Ngoni mo bangga hidup di atas kerusakan model bagini, seharusnya bafikir kehidupan yang akan terus-menerus berjalan ini,” Kalimat itu menjadi penutup yang mencerminkan keprihatinan atas sikap abai dari pihak-pihak yang seharusnya bertindak melindungi lingkungan.
Sekedar diketahui, sejumlah perusahaan yang beroperasi di belakang Buli, salah satunya PT Sumberdaya Arindo (SDA), dan PT Feni Haltim, yang diduga melakukan pencemaran lingkungan.
Penulis: Riskam
Tinggalkan Balasan