Lambang Kesultanan Ternate jadi Simbol SAR Maluku Utara
TERNATE-pojoklima, Lambang Kesultanan Ternate jadi bendera simbol Satuan di Kantor Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Maluku Utara.
Deputi Bidang Operasi Kesiapsiagaan Basarnas RI, Mayor Jenderal TNI (Mar) Edy Prakoso menerima langsung penyerahan simbol bendera bagi Kantor SAR Maluku Utara yang siberikan Kapten (Purn) TNI Adam Darman, sekaligus Jou Hukum Sangadji Kesultanan Ternate, Kamis (4/9).
Edy mengatakan, dalam sejarah Basarnas belum pernah ada simbol atau lambang khusus satuan setingkat kantor SAR.
“Ketika kami menjabat sebagai Direktur Operasi, kami melihat pentingnya simbol-simbol yang bisa memberikan semangat, motivasi, serta identitas bagi seluruh kantor SAR di Indonesia. Karena itu, kami tetapkan pembentukan Bandara Tunggul di 43 kantor SAR se-Indonesia melalui keputusan Kabasarnas,” jelasnya.
Menurut Edy, simbol yang digunakan tidak hanya sekedar tanda pengenal, ini juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Khususnya di Kota Ternate, yang mengadopsi simbol kesultanan.
“Proses penetapannya pun melalui tahapan yang panjang, mengingat penggunaan lambang kesultanan memiliki nilai historis dan filosofis yang tinggi,”
Dalam memilih simbol ini, Kepala kantor lebih dulu berkomunikasi dengan Sultan. Karena ada makna yang lebih dalam mengapa simbol kesultanan dipilih.
“Penggunaan simbol kesultanan ini sekaligus mencerminkan karakter personel Kantor SAR Ternate yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal serta semangat kebersamaan dalam menjalankan tugas kemanusiaan,” bebrnya.
Dalam penyerahan ini diringi Doa dan restu Kesultanan Ternate.
Kapten Purnawirawan TNI Adam Darman, menyampaikan penyerahan ini merupakan momentum bersejara.
“Penyerahan yang luar biasa tadi merupakan suatu momen bersejarah, dalam adat kita hal ini dapat dimaknai sebagai sebuah paji, bagi kami di kesatuan TNI, ini menjadi sesuatu yang istimewa karena sudah dianggap sebagai bendera kebesaran,” ungkapnya.
Ia menegaskan, simbol yang diserahkan bukan sekadar lambang formalitas, melainkan wujud kebanggaan sekaligus penyemangat dalam menjalankan tugas.
“Tugas menjelajahi samudera, menjaga kedaulatan NKRI, bahkan berhubungan dengan negara-negara tetangga. Karena itu, perlakuan terhadap simbol ini tidak semata-mata karena kami yang memintanya, melainkan karena ia adalah kehormatan,” tegasnya.
Peneyerahan suatu tunggul atau paji kebesaran Maluku Kie Raha, lanjut Darman, telah dibuat secara adat. “Kami mohon perlakuannya bukan kita mentuhankan sesuatu, tetapi ini adalah suatu kebanggaan untuk melaksanakan menyemangati dalam menjalankan tugas yang cukup berat,” pungkasnya.